Supaya dapat memberi sinar pencerahan, maka Islam perlu mengambil jarak dari politik. Sejak dahulu, para manipulator telah mempergunakan agama untuk memperbudak manusia. Sejarah memperlihatkan bahwa terjadinya peperangan dan kerusakan merupakan akibat dari penyalahgunaan agama. Nama agama telah dipakai untuk menutupi segala bentuk kekerasan. Bangsa-bangsa menjadikan agama untuk saling menghancurkan satu sama lain. Arena politik hendaknya menjadi ruang bagi partai-partai politik saja. Hal ini akan memungkinkan Islam dapat berfungsi sebagai kekuatan moral dan kontrol terhadap kekuasaan dan tidak menjadi alat perebutan kekuasaan. Inilah yang sekarang dinikmati oleh negara-negara maju dengan tingkat demokrasi yang stabil. Mereka tidak lagi diganggu oleh konflik yang dipicu sentimen apapun, termasuk sentimen keagamaan. Agama-agama telah menempati ruangnya yang pas sehingga tidak menimbulkan gesekan dan benturan dengan pandangan-pandangan profan. Karena itu, diperlukan pendefenisian dan peninjauan kembali terhadap cita-cita politik Islam dan penilaian kembali terhadap cara yang efektif untuk mencapai cita-cita politik tersebut. Agenda lain yang harus diwujudkan adalah menumbuhkan kesadaran dan kepekaan terhadap kemajemukan. Klaim-klaim bahwa suatu wilayah hanya boleh dihuni satu kelompok suku atau agama tertentu tidak relevan lagi.