Mimpi pertama saya adalah menulis. Sejak kecil, saya selalu merasa ada sebuah dorongan yang kuat dalam diri untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan saya melalui tulisan. Saya percaya bahwa tulisan adalah cara terbaik untuk berkomunikasi, untuk menyampaikan ide dan perasaan yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata lisan. Mimpi ini tidak datang begitu saja, melainkan tumbuh perlahan seiring dengan berjalannya waktu. Menulis cerpen, artikel pendek, dan puisi adalah bentuk ekspresi saya yang pertama kali, sesuatu yang saya rasakan sebagai saluran utama untuk menyampaikan isi hati.
Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa ada satu hal yang menjadi tantangan terbesar dalam perjalanan menulis saya: arsip-arsip tulisan saya yang hilang tanpa jejak. Ketika saya melihat kembali ke masa-masa awal saya mulai menulis, saya merasa seolah-olah ada bagian penting dari sejarah saya yang telah terhapus begitu saja. Banyak tulisan yang pernah saya buat, baik itu cerpen, artikel pendek, ataupun puisi, yang tidak terarsipkan dengan baik. Mereka terdampar di antara tumpukan kertas, terkubur dalam masa lalu yang semakin sulit untuk ditemukan. Banyak di antaranya yang tercecer entah kemana, hilang tanpa jejak, meninggalkan hanya kenangan tentang tulisan yang pernah saya buat.
Saya ingat, pada awalnya, saya menulis dengan penuh semangat. Setiap ide yang muncul di kepala saya, setiap perasaan yang terpendam, saya salurkan ke dalam tulisan. Tidak ada yang terlalu spesial dalam tulisan-tulisan itu, hanya sebuah ekspresi sederhana dari seorang pemuda yang ingin berbicara kepada dunia. Namun, meskipun tidak ada yang luar biasa tentang tulisan pertama saya, bagi saya, itu adalah langkah pertama menuju dunia yang penuh dengan kemungkinan. Setiap cerpen yang saya tulis adalah sebuah dunia baru yang saya ciptakan, setiap artikel pendek adalah cara saya untuk berbicara tentang sesuatu yang penting bagi saya, dan setiap puisi adalah ungkapan dari perasaan yang sulit saya jelaskan dengan kata-kata biasa.
Pada masa itu, menulis adalah kegiatan yang sangat personal. Saya menulis tidak untuk dipublikasikan, tidak untuk dilihat orang lain, tetapi hanya untuk diri saya sendiri. Menulis adalah cara saya untuk mengungkapkan pikiran saya yang terkadang terlalu rumit untuk dijelaskan kepada orang lain. Saya menulis dengan cara yang tidak terstruktur, tanpa memperhatikan aturan atau tata cara penulisan yang benar. Saya hanya fokus pada perasaan dan pemikiran saya. Setiap kali saya menulis, saya merasa seolah-olah saya sedang berbicara dengan diri saya sendiri, mengungkapkan segala hal yang ada di dalam hati saya.
Namun, pada saat itu saya belum memiliki pemahaman yang jelas tentang pentingnya menyimpan dan mengarsipkan tulisan saya. Saya merasa bahwa menulis adalah kegiatan yang sangat spontan, yang tidak perlu dipikirkan terlalu rumit. Ketika saya selesai menulis, saya biasanya menyimpan tulisan saya di dalam buku catatan atau lembaran kertas. Saya tidak memikirkan untuk menyimpannya dalam bentuk digital atau menyusunnya dalam file tertentu. Semua itu hanya ada dalam bentuk kertas yang mudah terlipat atau tercecer begitu saja.
Sebagian besar tulisan saya pada masa itu memang tidak bertahan lama. Mereka hilang begitu saja seiring dengan berjalannya waktu. Lembar-lembar kertas yang dulu penuh dengan cerita dan puisi saya akhirnya hilang, terkubur dalam tumpukan barang atau terlupakan di sudut ruangan yang tidak pernah saya kunjungi lagi. Saya merasa seperti kehilangan bagian penting dari diri saya sendiri, seakan-akan kisah-kisah yang pernah saya tulis sudah tidak ada lagi. Meskipun tulisan-tulisan itu tidak dipublikasikan atau dibaca oleh orang lain, saya merasa bahwa mereka adalah bagian dari proses tumbuh saya sebagai penulis. Mereka adalah jejak-jejak pertama yang menunjukkan bagaimana saya mulai menulis, mulai berpikir, dan mulai mengekspresikan diri.
Tentu saja, ada rasa kehilangan yang mendalam ketika saya menyadari bahwa arsip-arsip tulisan saya tidak terarsipkan dengan baik. Setiap kali saya mencoba mengingat kembali apa yang pernah saya tulis, saya merasa seperti ada bagian penting dari perjalanan saya yang hilang. Puisi-puisi yang pernah saya ciptakan dengan penuh perasaan, cerpen-cerpen yang penuh dengan imajinasi, semuanya seolah-olah telah lenyap dari ingatan saya. Meskipun begitu, saya menyadari bahwa hal ini adalah bagian dari proses. Saya harus menerima kenyataan bahwa tidak semua tulisan yang pernah saya buat akan bertahan selamanya.
Namun, meskipun arsip tulisan saya yang dulu hilang, semangat menulis saya tetap ada. Menulis tetap menjadi bagian dari hidup saya, meskipun banyak jejak yang sudah hilang. Saya mulai menulis lagi, kali ini dengan kesadaran yang lebih tinggi tentang pentingnya menyimpan dan mengarsipkan tulisan. Saya mulai membuat salinan digital dari setiap tulisan yang saya buat, menyimpannya di dalam folder di komputer, dan memastikan bahwa tidak ada tulisan yang tercecer begitu saja. Saya tahu, meskipun tidak semua tulisan saya akan menjadi karya besar yang dikenang sepanjang masa, setiap tulisan adalah bagian dari proses saya untuk menjadi penulis yang lebih baik.
Saya juga mulai menulis dengan tujuan yang lebih jelas. Saya tidak hanya menulis untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Saya ingin tulisan saya dibaca, dihargai, dan memberikan dampak bagi pembacanya. Menulis bukan lagi hanya sekadar kegiatan pribadi, tetapi juga menjadi bentuk kontribusi saya kepada masyarakat. Saya mulai berani mengirimkan tulisan saya ke berbagai media, mencoba untuk diterbitkan di majalah atau surat kabar. Saya juga mulai membuat blog pribadi, tempat saya bisa mempublikasikan tulisan-tulisan saya secara bebas. Semakin lama, saya semakin percaya diri dengan kemampuan menulis saya, dan semakin sadar bahwa menulis adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti.
Namun, di balik semua itu, saya selalu teringat dengan tulisan-tulisan pertama saya yang hilang. Saya sering berpikir, bagaimana kalau tulisan-tulisan itu masih ada? Bagaimana kalau saya bisa membacanya kembali, mengingat kembali masa-masa awal saya mulai menulis? Saya merasa seolah-olah ada bagian dari diri saya yang hilang, dan saya tidak bisa mengembalikannya. Tetapi meskipun begitu, saya tahu bahwa perjalanan menulis saya tidak berhenti di sana. Saya masih memiliki kesempatan untuk terus menulis, untuk terus menciptakan karya-karya baru yang mungkin suatu saat bisa mengingatkan saya pada tulisan-tulisan lama yang pernah saya buat.
Saya juga belajar bahwa menulis adalah tentang lebih dari sekadar menghasilkan karya yang bisa disimpan dalam arsip. Menulis adalah tentang proses yang terjadi dalam diri kita. Setiap tulisan adalah cerminan dari siapa kita pada saat itu, dari perasaan dan pikiran yang kita miliki pada saat itu. Menulis bukan hanya tentang hasil akhirnya, tetapi tentang perjalanan yang kita lewati. Setiap kali saya menulis, saya belajar lebih banyak tentang diri saya, tentang dunia, dan tentang bagaimana saya melihat segala sesuatu di sekitar saya.
Kini, meskipun tulisan-tulisan lama saya yang dulu hilang tak pernah bisa ditemukan kembali, saya tidak merasa kehilangan sepenuhnya. Saya menyadari bahwa setiap tulisan, baik yang hilang atau yang masih ada, adalah bagian dari perjalanan panjang saya sebagai penulis. Saya masih memiliki banyak cerita untuk ditulis, banyak puisi yang ingin saya ciptakan, dan banyak ide yang ingin saya ungkapkan. Dan meskipun arsip tulisan saya dulu tercecer, saya tahu bahwa menulis adalah suatu perjalanan yang tak pernah selesai, yang selalu membawa kita pada hal-hal baru yang lebih berarti.