Dalam perjalanan hidup, kita sering berhadapan dengan dua rasa yang kontras: sedih dan bahagia. Ada kalanya hati terasa berat, seakan dunia begitu sempit. Namun di lain waktu, jiwa dipenuhi cahaya dan senyum seakan semuanya begitu indah.
Yang perlu kita pahami adalah, sedih maupun bahagia hanyalah sifat jiwa. Ia datang dan pergi, seperti siang dan malam yang bergantian. Tidak ada yang abadi.
Saat sedih datang, jangan terlalu larut. Terimalah ia sebagai bagian dari kehidupan. Kesedihan adalah tanda bahwa kita masih memiliki hati yang peka. Biarkan ia lewat seperti awan gelap yang bergerak di langit.
Saat bahagia hadir, nikmati dengan penuh syukur. Jangan khawatir berlebihan tentang kapan ia akan pergi, karena kebahagiaan itu bukan sekadar momen—tetapi cara kita melihat dan menerima hidup.
Ingatlah, apa pun yang terjadi, semuanya akan baik-baik saja. Setiap luka akan sembuh, setiap badai akan reda, dan setiap malam pasti digantikan pagi.
Kuncinya adalah melalui semuanya dengan sabar dan tenang. Jangan menolak kesedihan, jangan terlalu melekat pada kebahagiaan. Jalani saja dengan hati yang lapang.
Karena hidup bukan tentang menghindari rasa sakit atau terus-menerus mengejar bahagia, melainkan tentang mengalir bersama kehidupan dengan keyakinan bahwa semua yang terjadi ada maknanya.
Maka, ketika hatimu sedang gundah, bisikkan pada dirimu:
"Ini hanya sementara, dan aku akan baik-baik saja."