Seseorang tidak hanya menanggapi orang lain, tetapi juga mempersepsi diri mereka sendiri. Hal ini disebabkan diri seseorang sekaligus sebagai pesona penanggap dan pesona stimuli. Menurut C. H. Cooley Seseorang dapat membayangkan dirinya sebagai orang lain yang disebut sebagai Looking Glass Self (diri cermin), seakan-akan menaruh cermin di depan kita. Teori ini meliputi: (1) Membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain; (2) Membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita; (3) Mengalami perasaan bangga atau kecewa, sedih atau malu. Pengamatan diri (Looking Glass Self) sangat diperlukan sebagai upaya mengetahui gambaran dan penilaian diri (Konsep Diri).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Konsep Diri, diantaranya: Pertama, Orang Lain. Pada dasarnya tidak semua orang mempunyai pengaruh sama terhadap diri kita. George Herbert Mead menyebutnya (orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap diri seseorang) dengan significant others atau orang lain yang sangat penting. Significant Others yang dimaksud adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang -orang yang tinggal serumah. Richard Dewey dan WY Humber menamainya dengan Affective Others (orang lain yang mempunyai ikatan emosional dengan kita). Bagaimana mereka mempengaruhi kita dengan; (1) Dari mereka kita perlahan-lahan membentuk Konsep Diri; (2) Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri secara positif; (3) Sebaliknya ejekan, cemoohan dan hardikan membuat kita melihat diri secara negatif.
Kedua, Kelompok Rujukan (Reference Group). Kelompok Rujukan adalah kelompok yang secara emosional mengikat dan berpengaruh terhadap Konsep Diri kita. Bagaimana hal itu terjadi?Dengan melihat kelompoknya, seseorang berusaha menyesuaikan diri dan mengarahkan perilakunya sesuai dengan ciri-ciri kelompoknya.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.
Ada lima pengaruh konsep diri terhadap komunikasi dalam hidup, diantaranya; (1) seseorang cenderung melihat dirinya seperti yang dilihat dan dikatakan atau diharapkan oleh orang lain; (2) seseorang cenderung bertingkah laku sesuai dengan yang dilihat dan dikatakan atau diharapkan oleh orang lain.
Sesuatu yang diharapkan dan diyakini tentang diri sendiri cenderung menjadi kenyataan; (3) seseorang, melalui konsep dirinya akan menyaring untuk melihat, mendengar, memberikan penilaian dan memahami segala sesuatu (pesan) yang berada di dalam atau berasal dari luar dirinya; (4) seseorang yang mempunyai konsep diri positif cenderung membuka diri secara wajar pada orang lain, sedangkan orang yang mempunyai konsep diri negatif biasanya cenderung tertutup.; (5) seseorang yang mempunyai konsep diri positif cenderung merasa senang dengan dirinya sendiri dan merasa yakin bahwa ia mampu menghadapi berbagai situasi yang dijumpai dalam pergaulan hidup dan memiliki kepercayaan diri.
PROFIL PENULIS
Budi Sunariyanto, S.Pd.I., M.Pd.I lahir di Sidoarjo. Pada tanggal 12 Juli 1976 dari pasangan Bapak Sair (Alm) dan Ibu Sudarmi (Alm). penulis beralamat di dusun Nglebak RT/RW: 3/5 Kedunggudel Widodaren Ngawi.
Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 1989 lulus dari SD Muhammadiyah 10 Balongbendo Sidoarjo. Kemudian melanjutkan di SLTP Dharma Wanita 10 Balongbendo lulus pada tahun 1992. Pada tahun 1982 melanjutkan di Pondok Pesantren dan MA Ar Roudhotul Ilmiyah Kertosono Nganjuk sampai kelas 2 tahun 1994, kemudian pindah ke MA Al Hidayah Wajak Malang lulus tahun 1995 sekaligus menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul Hijrah Wajak Malang yang diasuh Ust. Rahmat al Arifin Muhammad bin Maruf, Lc. dan pada tahun 1997 melanjutkan ke IAIN Sunan Ampel Surabaya Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, lulus tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis ditugaskan, menjadi guru di SMK Pemuda Krian dan SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo dan MTs. Modern Al Huda Wringinanom mata pelajaran Bahasa Arab, PAI. Untuk meningkatkan pendidikan dan kecintaannya pada dunia pendidikan penulis kembali ke bangku kuliah pada tahun 2009 dengan mengambil kelas regular Magister Studi Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam kemudian selesai pada tahun 2011.
Pada tahun 2008 penulis mendapatkan promosi menjadi wakil kepala sekolah di SMK Pemuda Krian. Pada saat ini penulis sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Islamiyah Karya Pembangunan Paron Ngawi. Selain itu penulis juga aktif di Panitia Pengawas Pemilihan Bupati Ngawi tahun 2015 sebagai Ketua.
Penulis aktif di kegiatan DAKWAH FASCHO PCPM Widodaren Ngawi dan sebagai wakil bendahara PWPM Jawa Timur periode 2015-20117.
Rela Marati, M.Psi, Psikolog lahir di Ngawi 28 Juni 1983. Menamatkan pendidikan dasar di MI Nurul Huda Manggis Kedunggalar Ngawi, kemudian melanjutkan di MTsN 1 Paron dan SMUN 2 Ngawi. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 Psikologi dan S2 Magister Profesi Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Aktif sebagai pengajar di STIT Islamiyyah Karya Pembangunan Paron Ngawi semenjak tahun 2009 hingga sekarang. Selain kegiatan mengajar penulis juga menjadi konselor di SDIT Harapan Ummat Ngawi dan anggota Psikolog di LPT Asasta Pertiwi Ngawi. Penulis tinggal di Ngawi dan dapat ditemui melalui email relamarati@gmail.com