Kerusakan lingkungan saat ini menjadi masalah pelik yang sulit dihindari. Satu di antaranya ialah masalah pengelolaan sampah. Tak dipungkiri, pencemaran dan kerusakan lingkungan lahir dari kurangnya kesadaran dan apatisme pribadi juga demi kepentingan golongan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) misalnya, telah melakukan riset dan diketahui dari 18 Kota di Indonesia, diketahui estimasi sampah laut berkisar 1,2 juta ton dengan rata-rata timbunan sampah laut 106.385 gram/m2. Plastik menjadi sampah yang paling mendominasi di laut (31,44%), berikutnya kayu (29,75%). Sisanya secara berurutan yaitu kaca dan keramik, karet, kain, busa plastik, logam, kertas dan kardus, serta bahan lainnya.
Fenomena kerusakan lingkungan di atas, sesungguhnya telah diisyaratkan dalam al-Quran. Qs. ar-Rum/30: 41 menyampaikan dengan begitu tegas bahwa kerusakan alam yang telah terjadi baik di darat maupun di laut adalah akibat tangan (perbuatan) manusia. Selain Qs. Ar-Rum/30: 41 masih banyak lagi ayat-ayat tentang alam semesta (kauniyah). Thantawi Jauhari (Guru Besar Tafsir di Universitas Kairo, 1870-1940 M), misalnya berpendapat, dalam Al-Quran terdapat lebih dari 750 ayat-ayat kauniyah. Artinya, ayat tentang alam mengambil 13% jumlah ayat Al-Quran yang menurut jumhur ulama berjumlah 6.236.
Kuantitas ayat-ayat kauniyah yang cukup banyak dalam al-Quran, memiliki makna bahwa kita tak cukup hanya sampai pada membaca dan menginterpretasikan ayat, pesan kerusakan alam adalah bukti bahwa manusia perlu bekerjasama merawat bumi. Kerja kolaboratif dibutuhkan sebab kita tidak mampu merawat alam sendirian. Peran serta dari berbagai kalangan termasuk generasi milenial saat ini sangat dibutuhkan agar bumi semakin layak dihuni. Mari belajar bermanfaat untuk bumi, belajar mensyukuri kehadiran diri yang telah diamanahkan sebagai khalifah fil ardhi.