Published in
Bedah Buku
Writen by Moh Toriqul Chaer
15 January 2021, 09:01 WIB

Gaius Julius Caesar: Divinum Ingenium

Veni, Vidi, Vici !


Semboyan latin itu tertulis disalah satu kereta kuda dalam parade kemenangan setelah Gaius Julius Caesar pada tahun 47 SM mengekspansi Anatolia dan Zela dengan mengalahkan Raja Farnaces II dari Bosporus (sekarang menjadi wilayah Ukraina Selatan), hanya dengan lima hari setelah Caesar memasuki wilayah itu. Kecepatan strategi berperang yang-konon- mengilhami serangan Blitzkrieg (Perang Kilat) yang dilancarkan oleh Adolf Hitler pada Perang Dunia I dan Perang Enam Hari Israel pada tahun 1967.


Gaius Julius Caesar tercatat dalam sejarah sebagai jenderal perang yang cemerlang. Pada khazanah pemikiran orang Jawa Caesar telah diberikan anugerah ilahi berupa pertama, faktor tiban; yaitu kekuatan yang datang dari dalam diri, kebenaran bahwa ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin yang dibekali dengan kemampuan manajemen urusan negara dengan baik.


Kedua, faktor rekan yaitu proses pencitraan diri. Faktor ini merupakan pelengkap bagi seorang pemimpin dalam menghidupkan identitas dirinya sebagai seorang pemimpin yang mumpuni, elegan, berwibawa dan intelek. Faktor ini seringkali- dapat direkayasa dengan beberapa tampilan visual-lahiriah yang dimanipulasi (dikondisikan) melalui media sehingga masyarakat dapat melihat sosok dirinya sebagai sosok pemimpin yang ideal dan sempurna.


Caesar tidak hanya mengandalkan fisik semata tetapi juga menggunakan akal (intelegensi), baik yang rasional maupun emosional. Dari segi kekuatan fisik, sebenarnya ia tak kalah dengan prajuritnya. Ia ahli pedang dan ahli menunggang kuda, ia kerap berjalan kaki bersama para prajuritnya daripada duduk diatas pelana. Bila menyeberangi sungai ia lebih senang berenang daripada digotong diatas tandu.


Kegemarannya sebagai jendral perang adalah menyamar dan menyelinap ke perkampungan musuh untuk memimpin pasukannya langsung on the spot sehingga pada keesokan harinya ia dapat menentukan strategi yang tepat dalam menghadapi musuh-musuhnya.


Selain itu, Caesar juga politikus andal dan sastrawan yang piawai dalam retorika. Dalam hal kelincahan kata, Caesar sejajar dengan orator- orator ulung sezaman seperti Hortensius (114- 50 SM) dan Cicero (106- 43 SM). Perbedaan mendasar diantaranya jika mereka mengandalkan keindahan kata- kata dan kerumitan dalam berargumentasi, Caesar langsung to the point, langsung tembak ke sasaran dengan segala kesederhanaan kata dan argument.


Dua aturan dasariah yang diikutinya dengan konsekuen adalah pilihan kata, prinsip segala macam kelincahan berbicara (eloquentia), dan penggunaan kata- kata yang tak biasa dipakai (insolens) atau yang tak pernah didengar orang (inauditum) harus dihindari. Lengkap sudah syarat untuk menjadi pemimpin, seandainya ia tokoh dalam serial silat Cina, ia merupakan pendekar yang mahir dalam bun (ilmu sastra) maupun bu (ilmu silat). Sebagai generasi yang lahir di Romawi, Caesar termasuk orang yang langka, tak heran bila sejarawan klasik terkenal, Cornelius Tacitus (56- 120 M) menjulukinya sebagai divinum ingenium, sang genius iIahi.


Pemimpin besar lahir dalam proses perjalanan hidup yang dinamis, para pemimpin lahir dari interaksi dirinya dengan masyarakat. Jadi sungguh naif apabila berbicara seorang pemimpin yang jauh keberadaannya dari masyarakat. Seorang pemimpin merupakan representasi dari manusia yang diberikan tanggungjawab oleh Tuhan yang bertugas memberikan yang terbaik dari segala potensi yang ia miliki untuk kepentingan kesejahteraan masyarakatnya yang dipimpinnya.


Abdul Muti (2004) dalam bukunya Deformalisasi Islam; Moderasi Beragama ditengah Pluralitas, beliau mengungkapkan bahwa seorang pemimpin dianalogikan sebagai air yang suci dan mensucikan dalam thaharah. Seorang pemimpin harus memiliki track-record sebagai orang yang amanah, jujur, tegas dan adil. Ia harus bersih dari kontaminasi sifat-sifat tercela, ia bukanlah sosok adhaful iman yang lemah ketika berbicara amar maruf nahi munkar.


Sumber gambar:id.pinterest.com

Comment has been disabled

More from Author

See All Articles
17 January 2021
Change Require Purpose-always
15 January 2021
Gaius Julius Caesar: Divinum Ingenium
16 January 2021
Budaya Ilmu Dan Peradaban Buku

Discover Peoples

Roni Rodiyana 0 Post • 1 Followers
Ludi 0 Post • 0 Followers
nasarachmad editor 0 Post • 5 Followers
Munirul Ikhwan 0 Post • 3 Followers
Bery Manurung 0 Post • 1 Followers
© Buatbuku.com - PT. Buat Buku Internasional - Allright Reserved