Hidup ini memang tidak selalu berjalan lurus. Ada masa-masa di mana semangat kita naik, penuh energi, dan optimisme menggebu. Namun, ada kalanya juga semangat itu merosot, hati terasa lelah, dan langkah menjadi berat. Wajar, sebab kita adalah manusia yang penuh dinamika, bukan robot yang terus-menerus kuat.
Di titik inilah, hadirnya teman sejati menjadi anugerah yang tidak ternilai. Mereka adalah orang-orang yang pernah merasakan kebaikan kita, yang pernah kita bahagiakan dengan perhatian atau bantuan sederhana. Dan ketika kita terpuruk, mereka tidak segan mengulurkan tangan, mengingatkan kita kembali akan kekuatan yang kita miliki, serta memotivasi untuk bangkit.
Kebaikan itu memang seperti benih. Mungkin saat ini kita tidak melihat hasilnya, tetapi suatu hari ketika kita jatuh, benih itu tumbuh menjadi pohon yang rindang. Pohon itulah teman yang hadir memberi naungan, menguatkan, dan meneduhkan hati.
Karena itu, jangan pernah berhenti untuk berbuat baik. Bukan untuk dipuji atau diingat orang, melainkan karena kebaikan akan kembali kepada kita dalam bentuk yang tak terduga. Kadang berupa doa, kadang berupa dukungan, kadang berupa sahabat yang hadir di saat paling sulit.
Ingatlah, kita tidak selalu kuat sendirian. Ada saatnya kita membutuhkan orang lain untuk sekadar mendengar, memotivasi, atau sekadar menepuk bahu kita dan berkata: “Kamu bisa melewati ini.”
Maka, bersyukurlah bila masih ada teman yang mau mengingatkan. Jangan anggap itu hal kecil, sebab tidak semua orang memiliki lingkaran yang peduli. Kita mungkin pernah membuat mereka tersenyum, dan kini giliran mereka menyalakan kembali cahaya dalam diri kita.
Pesannya sederhana: teruslah menjadi orang baik, sebab kebaikan itu tidak pernah sia-sia. Ketika semangat kita turun, kebaikan yang pernah kita tabur akan kembali dalam bentuk kekuatan, melalui mereka yang peduli.